rss

Rabu, 09 Juni 2010

Menejement Diri. Memahami Fakta dan Realita kehidupan



Apabila kita merenung mengenai kehidupan ini, pastilah banyak sekali corak-corak kehidupan yang tidak sesuai dengan tujuan fitrah kehidupan kemanusiaan, yakni berlomba-lomba dalam kebaikan dan mencapai puncak prestasi kebaikan di mata manusia dan di mata Allah SWT. Hal ini merupakan bentuk tujuan penciptaan manusia yaitu beribadah kepada Sang Empunya Alam Semesta. Allah SWT. Dalam prakteknya ibadah yang kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari, entah yang berupa rukun Islam maupun rukun Iman, mempunyai implikasi atau tujuan yang nyata (signifikan).
Ia bukan sekedar aktivitas biasa, melainkan sebuah aktivitas yang sangat istimewa (apabila dibarengi dengan pemahaman dan kesadaran dalam menjalankannya).

“(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Mulk : 1)
Akan tetapi, dalam kenyataannya, banyak di antara kita yang tidak memahami maupun menyadari akan hal itu, yang akibatnya tidak dilaksanakannya aktvitas ibadah tersebut sesuai syari’at yang telah diatur. Dan sebagai dampaknya, manusia tidak memahami arti kehidupan dan tujuannya yakni beribadah dan melakukan amal shaleh. Namun, sebagai jalur hidup yang ditempuhnya adalah mengekspresikan diri ke dalam jalan dan lingkungan yang tidak sesuai dengan fitrah universal, yakni hidup sesuka hati tanpa etika, trend masa kini yang menghebohkan kaum muda, teknologi yang disalahgunakan dan masih banyak lagi bentuk rekayasa kehidupan yang mulanya diakibatkan dari minimnya nilai-nilai pehamanan dan aplikasi dari ibadah.
Masyarakat, yang utamanya dari generasi muda, selalu ingin mengikuti trend kemajuan yang segala macam, yang kalau tidak seperti itu dibilang tidak gaul, gengsi, tidak ngetren, dsb. Sebetulnya kita mengikuti trend masa kini tidak dilarang, asal kita juga harus tahu kalau kita tidak diperintahkan berlebihan bahkan sampai mencoba hal-hal yang tidak sepatutunya kita laksanakan. Nah, jika begitu bagaimana seharusnya yang kita lakukan, agar tetap mengikuti trend masa kini tapi tidak klewat, bahkan tidak sampai terjerumus ke dalam lembah kedustaan dan kehancuran.
Hal pertama yang harus kita laksanan ialah memahami fakta yang sedang berlangsung, kita lihat kehidupan sekeliling kita apa saja yang terjadi, khususnya yang berkaitan dengan kemrosotan moral, kemudian dari kejadian yang kita kaji tersebut kita renungkan, apakah perbuatan atau semacamnya itu berdampak baik pada diri saya dan orang lain. Jika ternyata memiliki dampak baik maka hal itu boleh kita lakukan, namun jika ternyata jelas-jelas atau masih ragu-ragu, bahwasannya kejadian (fakta yang sedang berlangsung) itu mengarah kepada hal buruk maka sepatutnya segera kita jauhi, kecuali kalau kita bisa merubah hal tersebut ke bentuk atau arah yang positif dan lebih mulia.
kedua, kita juga harus pandai-pandai memproteksi (melindungi) diri dengan akidah dan moral, karna hanya dengan kedua hal ini kita bisa selamat dari gangguan fikiran (red- mental) dan jiwa dari berbagai kontaminasi (pengaruh) lingkungan yang tidak sejalur dengan fitrah diri kita, di mana fitrah diri kita sebenarnya selalu mengarah dan mengajak kepada kebenaran dan kebaikan yang universal sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ajaran Agama Islam. Dengan kata lain, kita dapat memfilter pengaruh-pengaruh yang masuk dalam lingkungan hidup kita. Kita memilihnya yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Lebih jauh lagi, Jika kita mau sadar dan merasakan hati nurani kita (fitrah kita) pastilah mampu merasakan bahwa hati nurani selalu mengarahkan diri kita hanya kepada hal-hal yang baik. Perkara ini biasanya kita rasakan dengan adanya kepastian yang tiba-tiba muncul dari dalam diri terhadap perkara yang sedang kita hadapi. Hal ini menandakan bahwa perkara yang sedang kita hadapi itu memang baik dan tidak bercampur dengan keburukan yang tersembunyi. Akan tetapi, jika perkara yang kita hadapi itu ternyata mengandung unsur-unsur yang buruk, maka hati nurani kita akan berontak. Hal demikian ini sering terjadi meskipun kita secara sadar jarang merasakannya. Namun, apabila kita berusaha untuk merasakannya betul maka pasti kita akan mampu merasakannya. Apalagi jika dilatih secara intens, khusus hati nurani, dengan cara berdzikir, merenung, dan kontemplasi, dan melaksanakan amal kebaikan, maka akan semakin peka tentunya dan sangat bermanfaat bagi kehidupan kita.

Fakta masyarakat
Sebagaimana di jelaskan di atas, bahwasannya masyarakat, terutama kaum pemuda, memiliki gaya hidup modern yang serba glamour (gebyar dunia). Fashion, pergaulan, alat komunikasi, makanan, sampai cara berbicara, sikap bahkan cara berpikir, dll. Semuanya serba wah dan mengiurkan, sangat mengesankan. Jika tidak mengikuti akan ketinggalan tegasnya dan dibilang gengsi. Banyak pemuda, termasuk diri kita, yang sering terpesona dengan glamournya hidup serba modern karna memang begitu memikatnya. Didukung pula dengan terus berkembangannya kemajuan dari berbagai mode yang kian marak. Hp, komputer, pakean, makanan, sampai gaya kehidupan yang kebarat-baratan. Hal ini, sebetulnya adopsi masyarakat kita secara tidak terasa dari bangsa kapitalis (materialistis liberal bangsa Barat) yang seharusnya kita kelola dengan baik, jangan sampai gebyarnya perkembangan itu meracuni diri kita, namun sebaliknya kita jadikan penyempurna diri. Ini artinya kita harus dapat menyaring dan memanfaatkan perkembangan dari berbagai mode itu untuk kebaikan kita dan bukan keburukan.
Akan tetapi yang terjadi adalah lupa dan membiarkan hal itu terus-menerus masuk dalam liang hidup kita, yang akibatnya kita secara tidak sadar telah terpengaruh habitat dan komunitas yang tidak seharusnya terjadi. Yang kita tahu dalamnya, masyarakat bukan memanfaatkan dengan baik dengan pertimbangan yang matang melainkan justru mengkonsumsinya tanpa perhitungan yang baik atau asal pakai saja yang akibatnya menjadi bencana mental yang kian memburuk. Hal semacam ini, seharusnya tidak terjadi, berhubung kita banyak yang tidak mengerti akan kesadaran pribadi maka yang terjadi adalah membiarkan terkontaminasinya (terkena pengaruh) pikiran dan jiwa kita dengan arus lingkungan seperti di atas yang sedang meraja lela.

Dampak secara moral
Terkontaminasinya pikiran dan jiwa, akibat dari masuknya budaya dan habitat kapitalis Barat, menyebabkan dampak moral secara nyata. Jika kita bisa melihat (yang tentunya tidak hanya dengan mata kepala, namun dengan mata pikiran) tentuya akan sadar ternyata siapa saja yang dirinya mengikuti arus perkembangan secara “ngawur” tidak melalui pertimbangan akal sehat, maka dirinya tergadaikan dengan kebiasaan yang tidak semestinya. Kebiasaan yang tidak semestinya ini adalah jatuhnya Moral peradaban umat dari zaman ke zaman yang kian semakin jauh dari nilai-nilai kebaikan dan kehormatan.
Secara nyata, bisa kita saksikan bagaimana keadaan masyarakat dan kaum muda-mudi sekarang ini, kebanyakan dari mereka tidak mengindahkan budaya terhormat, namun mereka lebih condong pada budaya kehidupan sepintas yang instan. Mereka tidak mempertimbangkan dampak dari semua yang dilakukannya. Mereka seakan-akan sudah tidak sudi lagi pada kehidupan yang lebih nyaman, dan dikiranya kehidupan sekarang yang sedang dijalaninya itu adalah hidup terbaik dan akan bertahan lama. Padahal, jelas-jelas kehidupan seperti itulah yang semestinya kita tidak sudi sebab akan cepat hancur.
Manusia-manusia semacam ini tidak memiliki masa depan cerah yang menjamin, namun mereka (atau bahkan diri kita sendiri) sedang tertipu oleh keadaan lingkungan yang tidak begitu mereka pahami. Mereka ini, jika tidak secepatnya menyadari akan kesalahpahamannya itu, maka akan merasakan kegelisahan hati yang mendalam diakibatkan dari ketololan dan kebodohan yang menyelimuti mereka selama ini.
Manusia-manusia yang mengikuti trend hidup semacam ini, akibatnya sangat jelas, salah satunya banyak masyarakat Indonesia yang jadi pengangguran, meskipun tidak sedikit yang menyelesaikan study di perguruan tinggi ternama, namun mereka akibat dari ketololan diri tersebut, mereka tidak pandai mencari, menempuh, mengambil kesempatan, dan semangat untuk bekerja. Sekalipun mereka seudah bekerja namun, mereka tidak bisa mengembangkan daya kreatif yang ada pada dirinya untuk berkembang lebih baik. Menurut mereka, pekerjaan dan penghasilah yang selama ini ditekuni dan didapatkannya sudah mentok dan merasa sulit untuk menjadi lebih baik. Ini pula sebabnya, mengapa di negara kita banyak orang miskin dan bahkan banyak tidak bersyukur. Dan yang lebih parah lagi, mereka (atau diri kita sendiri) mengatakan itu semua telah menjad takdirnya. Padahal jika kita memahami takdir yang sebenarnya tidak seperti yang mereka pahami. Inilah yang menjadi kekurangan kita tetang masalah takdir, yang seharusnya Takdir itu menjadikan kita hidup lebih baik namun malah membuat diri kita tidak semakin baik atau stagnan (mandeg) tidak ada perkembangan ke arah kebaikan. Ini yang salah adalah diri kita sendiri dan bukan takdir itu.
Selain itu dampak yang terjadi pada seseorang yang memiliki trend hidup semacam ini adalah kurangnya memahami potensi diri yang ada dalam dirinya. Mereka tidak yakin bahwa mereka sebetulnya memiliki kemampuan besar yang bersemayam di dalam dirinya. Mereka tidak yakin pula untuk mampu mengembangkan skill dari dalam dirinya. Mereka tidak mau melakukan hal-hal baru yang sekiranya baik untuk dirinya. Mereka malu mencoba dan berusaha, jika di saat ada orang lain, misalnya, yang memberikan pekerjaan di luar kemampuannya, mereka mengatakan tidak bisa, tidak mampu atau berkata tidak pernah melakukan sebelumnya maka saya tidak mampu. Jadi mendingan saya tidak usah melakukan itu karna tidak bisa. Padahal, jika di coba terlebih dahulu dan berusaha pasti akan bisa, meskipun belum sempurna.
Begitulah, jika jiwa dan pikiran kita telah terkontaminasi oleh keadaan, kebudayaan dan kebiasaan yang memilukan seerta tidak memperdayakan potensi yang ada dalam diri kita. Maka, kita akan kehilangan esensi (hakikat) sebenarnya dari diri kita, di mana esensi diri kita sebnarnya “hebat” tapi karna hal-hal yang tidak mendukung ke arah itu (yakni keadaan lingkungan sebagai mana di atas) maka kitapun akan percaya bahwa diri kita tidak hebat, tidak mampu, tidak yakin bisa, tidak mau berusaha, tidak punya semangat hidup. Dan lain sebagainya.
Oleh karna itu, disinilah kawan-kawanku, salah satu tujuan diadakannya kegiatan semacam ini (diklat motivasi) agar diri kita yang kecil ini sadar akan potensi yang tersimpan, kemudian yakin dan selanjutnya berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara untuk mengejewentehkan kekuatan potensi yang tersimpan dalam diri kita untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan unggul di mana saja dan kapan saja.
Apa seharusnya yang kita lakukan ?
Kita sudah mengetahui bahwa keadaan di lingkungan kita seperti ini, budaya barat meraja lela, hidup foya-foya, kekerasan, penindasan kehormatan dan hak asasi manusia, kemrosotan moral, kejahatan di mana-mana dan masih terus berlanjut, gengsi besar-besaran, dan apa saja yang menjadi fakta kehidupan yang tidak semestinya ini. Maka, di sni kita perlu berlatih mengatur diri sendiri atau memenejement diri yang bagus dan kita lakukan itu setiap hari dengan kesadaran dan pemahaman yang baik pula. Oleh karna itu, ikuti lanjutan di bawah ini !

Menejement diri (revolusi diri)
Apa saja yang perlu diketahui dan dikerjakan dalam mengatur dan melatih diri ini, agar lebih baik dan berkualitas setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun?
“Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia celaka. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia merugi. Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia beruntung” (Al-Hadist)
Kurang lebih Berikut ini adalah hal-hal yang harus kita kerjakan;
Pertama; sadar diri, kita harus sadar diri sebisa mungkin setiap hari tanpa paksaan dan himbauan orang lain, akan tetapi harus kita lakukan dengan kesadaran diri sendiri. Sadar diri disini yang harus kita lakukan adalah merenungi segala aktivitas yang telah kita lakukan setiap hari, apapun itu dari A sampai Z. Kita pikirkan baik-baik apakah diri kita sudah melakukan kebaikan atau belum sama sekali dalam hidup ini. Apakah kita masih termasuk golongan manusia-manusia yang suka berhambur-hamburan, berfoya-foya, gengsi-gengsian, bergaya yang tidak semestinya, kekerasan dan lain-lain. Atau sudah baik perbuatan kita sehari-hari dan apa yang perlu ditingkatkan dari kebaikan saya itu.
Selain itu kita harus mengetahui sebagai patokan dalam renungan kita adalah bahwasannya kita hidup ini bertujuan untuk melakukan aktivitas-aktivitas apapun yang memiliki nilai guna yang tinggi baik di mata Allah SWT atau (seterusnya) di mata sesama manusia. Tolong anda perhatikan ayat berikut ini !

“(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Mulk : 1)
Bagaimana pendapatmu tentang ayat di atas? Mari kita renungkan sejenak... Allah SWT Tuhan semesta Alam yang Maha segalanya Yang tidak sama dengan apa saja, penguasa Alam semesta, telah menggariskan firman-Nya dengan jelas dan gamblang, bahwa kita hidup dan mati ini bukan untuk enak-enakkan, makan-makan, tiduran, menganggur, hura-hura, foya-foya, malas-malasan, gengsi-gengsian, dll.... akan tetapi kita dikasih hiup ini adalah untuk beramal yang baik dan berkualitas tinggi. Ini tidak main2. Harap dicamkan betul dalam benak dan hati kita.
Nilai amal terbaik, itulah yang menjadi prioritas (yang menjadi nomor satu) dalam hidup kita, bukan yang lain yang selama ini ada dalam pikiran kita. Bukan seperti yang kita lihat di lingkungan dan sering dilakukan oleh orang-orang yang tidak sadar diri. Namun, sekali lagi, amal yang baik, yang mempunyai nilai tinggi. Bisa apa saja, apapun yang bisa kita lakukan, yang penting baik dan kita lakukan dengan keihklasan tidak mengharap apa saja melainkan kerridhaan dari Sang Empunya Alam semesta. Allah SWT. Inilah menejement diri pertama yang mesti kita lakukan.
Kedua; sadar lingkungan (kehidupan sosial dan alam). Dalam hal ini kita harus mengetahui bahwa dalam kehidupan ini kita tidak hidup sendiri melainkan hidup berdampingan dengan orang banyak dan alam semesta. Maka sudah semestinya, ita harus saling menhormati sesama, saling bantu, menjalin hubugan yang harmonis, tidak mendzalimi, tidak mendurhakai, tidak mencela dsb. Kita harus menebarkan keharmonisan dan kedamaian ke seluruh alam, ke siapa saja tanpa pandang bulu.
Begitupula dengan lingkungan alam semesta, kita harus memeliharanya dan menjaganya dengan baik, jangan sekali-kali merusak tanpa hal yang dibenarkan oleh syara’. Dan perlu kita ketahui alam semesta yang di dalamnya terdapat tumbuhan, binatang, bebatuan, lautan, pegunungan, angin, bintang2, mendung dan semuanya (selain manusia) adalah sama-sama makhluk Tuhan yang memiliki kehidupan layak sebagaimana kita (manusia) karna toh mereka pada hakikatnya hidup, punya nyawa dsb. Maka sudah sepatutnya kita harus menjaga, memelihara, dan tidak merusaknya tanpa sebab yang baik. Ok..
Ketiga; menguasai diri sendiri. Penguasaan terhadap diri sendiri amatlah penting, karna di sinilah peran kita sesungguhnya dalam memenejement diri. Perkara yang harus kita ketahui di sini adalah, bahwasannya dalam diri kita ada dua kutub yang saling bertentangan, yaitu kutub positif (baik) dan kutub negatif (buruk).
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS. As-Syams : 7 -10)
Kutub positif dan negatuf ini, pada dasarnya adalah permasalahan yang agak pelik, rumit untuk kita kaji, namun di sini akan di sederhanakan untuk memahaminya agar mampu menangkap makna yang terkandungnya.
Kutub positif, adalah segala macam sifat, karakter kebaikan yang ada dalam diri kita. Contohnya seperti kasih sayang, cinta, menghormati, tolong-menolong, memberi, memaafkan, pengertian, menjaga, memelihara, dsb.(coba rasakan kebaikan-kebaikan yang ada di dalam diri anda). Sedangkan kutub negatif adalah segala sifat atau bawaan yang mengarah kepada keburukan dan kejahatan. Misalnya berbohong, memfitnah, mengadu, bermusuhan, mencuri, menghardik, kekerasan, menyidrai, pemarah dsb. Sifat-sifat ini (baik dan buruk) ada di dalam diri kita. Dan kita diperintahkan untuk memelihara sifat-sifat yang baik dan menjauhi sifat-sifat yang buruk.
Mengapa hal demikian diperintahkan ? ya, karna untuk menyempurnakan jiwa kita. Sesungguhnya orang yang memelihara sifat-sifat baiknya adalah orang yang beruntung dan sebaliknya orang-orang yang memelihara sifat-sifat keburukan adalah orang yang merugi. Di sini, yang menjadi permasalahan dari kebanykan orang adalah mengatakan bahwasannya “sifat-sifat itu sudah menjadi bawaan dari orang tua saya, maka saya sulit merubahnya dan tidak bisa merubahnya”. Dsb. Misalnya pemarah, orang tuanya pemarah dan sifat itu menurun pada anaknya. Hal ini dianggapnya sulit untuk dirubah. Akan tetapi, pada dasarnya yang menjadi permasalahan adalah bukan terletak pada sulit atau bahkan tidak bisa merubahnya. Namun, terletak pada keterampilan menguasai diri. Ingat sabda Rasul SAW. “orang yang kuat bukanlah orang yang kuat pukulannya, bantingannya, hebat cara bertarungnya. Akan tetapai orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan emosi ketika ia marah”.
Disini yang harus kita lakukan, dalam penguasaan diri sendiri adalah, pandai-pandai mengolah keterampilan yang ada dalam diri kita, bukan bisa atau tidaknya, bukan masalah keturunan atau tidaknya, melainkan keterampilan mengelola pengendalian diri. Diri kita harus kita arahkan kepada yang baik-baik saja dan kita jauhkan dari kejelekan dan kejahatan. Begitulah kiranya pemahan sederhananya dari sifat-sifat baik dan buruk dan cara mengelolanya.
Keempat; Ketangguhan pribadi; dalam hidup ini kita harus tangguh, pantang menyerah, tidak takut pada rintangan dan cobaan, selalu percaya diri (PD), dan terus menggali potensi terpendam yang ada dalam diri kita. Ketangguhan pribadi ini sebagai pelegkap sekaligus penyempurna dari menejement diri yang kita laksanakan. Tanpa ini, kayaknya, menejement diri yang kita lakukan seakan sia-sia dan tidak ada gunanya kecuali sedikit. Dan agar berdaya guna tinggi dan mampu terjewentehkan keluar ke kehidupan riel maka kita perlu semangat, pantang menyerah, tidak takut pada rintangan, selalu percaya diri dan terus mengeluarkan kelebihan-kelebihan yang ada pada diri kita untuk kita keluarkan dan pancarkan ke dunia ini.
Kelima; keyakinan; kita harus yakin bahwa semua yang kita lakukan di atas adalah benar (meskipun belum sempurna). Tanpa keyakinan itu akan sia-sia juga dan proses serta hasilnyapun akan sedikit lama. Hal ini dikarnakan keyakinan adalah kunci dari keberhasilah semua pekerjaan kita, apapun itu bantuknya.
Keenam; ketekunan; ini adalah kunci kita dalam melakukan aktivitas yang hasilnya ingin kita peroleh dengan sempurna dan baik. Apabila belum berhasil maka terus cobalah jangan sampai berhenti ditengah jalan dalam melakukan kebaikan. Karna semua toh ada prosesnya tidak ada yang sim salabim langsung jadi hebat. Tidak demikian, namun sertailah dengan ketekunan.



Tunggu Postingan berikutnya.... (salam untuk pembaca)

0 comments:


Posting Komentar

SELAMAT DATANG

Salam semua pengunjung di blog kami. Blog ini khusus memuat artikel yang berbasis sains, psikologi, filsafat, tasawuf, agama dan pendidikan, serta kombinasi dari ketujuhnya. Dan semua disusun atas pemikiran pribadi dari beberapa sumber yang terpercaya dan patut untuk dirilis ulang serta dikembangkan untuk kemajuan bersama, dan dalam blog ini 90 % karya pribadi. Bagi teman-teman yang ingin berbagi tulisan artikel, yang bernafaskan basic di atas, bisa dikirimkan lewat e-mail ini tujuh.rahasia@gmail.com dan saya banyak mengucapkan terimakasih kepada anda... Cukup sekian, Akhir kata Selamat membaca...Sukses. Semoga bermanfaat
Alam Bertasbih Slideshow: Ahmad’s trip to Surabaya, Java, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Surabaya slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.


SUMBANGKAN DANA Rp 300 HANYA DENGAN KLIK IKLAN-IKLAN INI